Ogan Komering Ulu – Kejaksaan Negeri (Kejari) OKU kembali menjalankan program Jaksa Masuk Sekolah (JMS) di SMPN 13 OKU, Kamis (30/01/2025). Dengan tema “Cyber Bullying dan Penyalahgunaan Narkoba,” program ini bertujuan memberikan pemahaman hukum kepada pelajar.
Kegiatan ini dipimpin oleh Kepala Seksi Intelijen Kejari OKU, Hendri Dunan, S.H., bersama timnya, yang memberikan materi terkait bahaya narkoba, cyber bullying, dan konsekuensi hukum yang mengintai remaja. Dengan format penyuluhan dan sesi tanya jawab, program ini tampak interaktif.
Dalam paparannya, Hendri Dunan, S.H., menegaskan pentingnya memahami hukum sejak usia dini agar para pelajar tidak terjerumus dalam tindakan yang dapat merugikan masa depan mereka.
“Pemahaman hukum harus dimulai dari sekolah. Cyber bullying dan penyalahgunaan narkoba adalah ancaman nyata yang harus kita lawan bersama,” ujarnya.
Disisi lain, Kasus perundungan dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar bukan hal baru. Data menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, tetapi apakah sekadar penyuluhan singkat bisa benar-benar mengubah pola pikir siswa? Faktanya, ancaman ini terus berkembang dengan berbagai modus baru, terutama di era digital.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten OKU, Drs. H. Topan Indra Fauzi, M.M., M.Pd., dalam sambutannya menyambut baik program ini dan berharap dapat memberikan wawasan bagi siswa.
Dari Sekolah ke Dunia Nyata: Tantangan Nyata dalam Penegakan Hukum
Program penyuluhan seperti Jaksa Masuk Sekolah memang penting, tetapi harus diiringi dengan tindakan konkret. Sejumlah pertanyaan pun bermunculan. Apakah sekolah memiliki sistem pelaporan yang efektif untuk korban bullying? Apakah ada pengawasan terhadap siswa yang berisiko terlibat dalam penyalahgunaan narkoba? Jika tidak ada langkah tindak lanjut yang jelas, program ini berisiko hanya menjadi acara seremonial yang sekadar memenuhi kewajiban tanpa hasil nyata.
Jika ingin serius menangani cyber bullying dan narkoba, pendekatannya tidak bisa hanya sekadar sosialisasi singkat. Harus ada pendampingan jangka panjang, regulasi ketat, serta keterlibatan aktif sekolah dan orang tua. Jika tidak, acara seperti ini hanya akan menjadi rutinitas tahunan yang kehilangan makna. (*)