Dibayar Rp 1000 perbuah, Sehari peroleh Rp 350 ribu
Bagi pecinta durian, musim durian seperti ini tentu sangat dinanti-nantikan. Tapi tahukan anda, sebelum bisa dinikmati di kota-kota besar, buah durian tersebit masih harus menempuh penjalanan panjang. Berikut liputan para ojek gunung, saat musim durian datang.
Ojek gunung, itulah sebutan bagi mereka yang dalam kesehariannya mengangut hasil bumi yang diperoleh masyarakat. yang dikerjakannya, tak jauh beda dengan yang dilakukan tukang ojek yang biasa mangkal disudut kota, ataupun dipasar impres. namun, resiko kerja jauh lebih besar. karena jalan yang curam nan licin, memaksa mereka untuk ekstra hati-hati.
jalan licin dengan tebing yang curam, sudah menjadi santapan sehari-hari bagi para ojek gunung. ya, untuk mengangkut barang bawaan masyarakat petani, jalur yang dilalui sudah pasti merupakan medan yang sulit.
dimusim buah saat ini, kampungan (sebutan untuk perkebunan duren petani. red) yang banyak menghasilkan berada diatas bukit dengan akses yang sulit untuk dilalui kendaraan roda dua. apalagi kendaraan roda empat.
muslih, salah seorang ojek gunung menuturkan, dimusim buah seperti ini penghasilan yang mereka dapatkan cukup besar bisa mencapai Rp 350 ribu bahkan lebih perharinya, tergantung kemampuan mereka itu sendiri.
perbuah durian yang berukuran besar, dihargai dengan Rp 1000. dengan menggunakan sepeda motor yang dilengkapi keranjang, muslih dan rekan seprofesinya mengangkut durian. dalam sekali jalan, muslih mampu mengangkut hingga 80 buah durian yang berukuran besar.
“sehari itu paling banyak 3 ret ngangkut, yang sulit itu bongkar muat serta jalan yang licin” kata muslih
bermandikan lumpur sudah bukan hal yang baru bagi mereka. saat melalui jalan menurun yang terjal dan licin, bukan tidak mungkin motor yang mereka kendarai keluar dari jalan alias roboh. dalam keadaan seperti itulah secara tidak sengaja tubuh yang telah bersimbah keringat kini berbaur dengan dengan lumpur.
“kalau tebalik ditengah jalan tu lah sering nian, untung ado kawan yang galak setolongan” imbuhnya
sifat gotong royong dan tidak memikirkan diri sendirilah yang membuat mereka tetap gembira melakukan pekerjaannya sebagai ojek gunung. apalagi saat terjadi kerusakan pada kendaraan ditengah jalan.
“selain bawa duren, kito jugo bawa alat-alat bebengkel, jadi kalo ado yang rusak biso langsung dibeneri disanolah” tutur Muslih.
dituturkannya, saat terjadi kerusakan ditengah perjalanan, sebagian besar waktu tersita untuk melakukan perbaikan kendaraan. atau saat tergelincil dan durian yang mereka bawa tertumpah dari keranjang. sesama tukang ojeklah yang saling membantu.
sementara para tengkulak, setelah melakukan pembayaran terhadap buah durian kepada para petani, para tengkulak menunggu ditempat yang telah ditentukan untuk memuat durian tersebut kedalam kendaraan roda empat yang akan membawa buah durian tersebut keluar kota, bahkan keluar pulau sumatera.
“lah sampe dipinggir jalan, baru dibayar. itu jugo masih dihitung ulang, kalo yang kecik, dibayar kadang 500 kadang 700. lah bekurang lagi dapetan kami” pungkas Muslih. (*)